Kamis, 21 Juli 2016

sejarah dan mitigasi bencana lahar dingin gunung gamalama ternate


Gunung Gamalama terletak di Ternate, kota sekaligus pulau yang sudah terkenal ribuan tahun silam. Ternate adalah gerbang masuknya perdagangan rempah-rempah sejak zaman romawi kuno, kota ini sudah termasuk dalam peta perdagangan dunia kala itu.

Bahaya terbesar dari gunung gamalama bukanlah bersumber dari letusan itu sendiri, namun dari banjir lahar dingin pasca letusan. Lahar dingin mengancam daerah-daerah pemukiman yang tersebar, terutama di sisi timur gunung. Pada kesempatan ini kita mencoba menganalisa penyebab, memprediksi proses terjadinya lahar dingin ini jika terjadi dan beberapa kemungkinan pencegahannnya.


Kita mulai dulu dari mencatat data  Gunung Gamalama. Gunung stratovulcano ini memiliki ketinggian 1715 meter dengan sembilan craters , yaitu Arfat, Madiena, K1, K2, K3, K4, Laguna, Tolire Jaha, dan Tolire Kecil. Gamalama termasuk gunung api paling aktif di Indonesia. Tahun 2012 ini masuk dalam status waspada. Dokumentasi letusan Gamalama sejak tahun 1510. Meskipun demikian aktifnya, Kota Ternate tetap saja tumbuh dan berkembang sebagai salahsatu kota besar bersejarah di Nusantara.
Tahun 2002, saya pernah juga mengunjungi Ternate, dan menetap selama beberapa pekan. Mengelilingi kota Ternate (Raung Gunung Gamalama) dan mengunjungi Laguna. Beberapa jalur luncuran lava masih terlihat jelas dari batu vulcanik di daerah Batu Angus.


Tipikal letusan gamalama adalah vulcanian dengan crater yg aktif sekarang adalah Arfat. Pada 3 Desember 2011, Gamalama mengalami erupsi dengan plume debu setinggi 2 km. Tiga pekan setelahnya, banjir lahar dingin menerjang pemukiman penduduk dan menewaskan empat orang. Tahun 2007, awal bulan Agustus, erupsi Gamalama juga tercatat dengan ketinggian plume debunya mencapai 2,1 km. Bahkan, pada 31 Juli 2003, erupsi yang mengakibatkan aliran pyroclastic turun ke daerah Togorar di Timur Laut gunung ini. Dalam sejarah, letusan terbesar Gamalama terjadi pada 1775 dimana sebanyak 1300 orang tewas pada letusan ini.
Bahaya yang terkandung pada Gamalama pada saat modern ini adalah potensi banjir lahar dingin. Banjir lahar dingin (mudflow) ini setiap saat mengancam terutama ketika curah hujan yg tinggi. Pada peristiwa 9 Mei 2012, banjir lahar dingin menerjang sungai Tugurara (Tubo) yg bermuara di daerah Dufa-DUfa, TUbo, Akehuda dan Salahuddin. Empat orang tewas dan tiga belas lainnya hilang. Sebanyak 58 rumah rusak sehingga 284 orang mengungsi (WCO-Indonesia Report, 2012).
Pada peta mitigasi bencana Gamalama (Burhanuddin et al., 1996) terlihat bahwa SUngai Tugurara merupakan salah satu saluran dari lahar dingin. Sekitar 3,4 juta kubik material lahar dingin yang masih terdapat di sekitar puncak Gamalama dan akan mengalir lewat Sungai Tugurara dan Marikuburu. Muslim Saleh (2009) meneliti bahaya banjir lahar dingin. Meskipun, enam buah check dam sudah dibangun, kapasitas bangunan di Check Dam 1 dan 2 di hulu SUngai (15 ribu m3) masih dibawah produksi lahar dingin dengan return period hujan ekstrim 25 thn (42,23 ribu m3). Selain itu penambangan pasir di sekitar check dam mengancam stabilitas dan efektifitas bangunan pengendali sedimen ini.
Berdasarkan volcano hazard zoning (Burhanuddin et al., 1996), dapat dicatat bahwa ada 3 zona bahaya, zona I adalah daerah lembah sungai atau muara sungai yang berhulu di puncak Gamalama. Daerah ini potensial bagi aliran lava, awan panas dan lontaran batu ketika terjadi erupsi. Radius 3.5 dari pusat erupsi. Zona II adalah daerah yg berbahaya akan awan panas, lava dan lahar, serta lontaran batu, terletak di daerah punggungan, radius 2.5 km dari crater Arfat. Zona III adalah daerah dekat crater dan sangat berbahaya akan lava, awan panas dan lontaran batu pijar. Daerah yg terkena lahar dingin pada Mei kemarin adalah disekitar muara Sungai Tugurara (Tubo), termasuk Zona II.

Mitigasi bencana lahar dingin Gamalama dimulai dari upaya mengadakan pemetaan daerah Gamalama dan Kota ternate yang berada di bawahnya. Peta dari remote sensing dan photo udara dapat dijadikan acuan untuk menentukan daerah material vulkanik yang terdeposit di puncak Gamalama. Peta watershed juga dibuat dengan skala 1:5000 dengan kontur interval 5 m. Dari peta ini dapat dianalisa daerah asal dari lahar dingin, muara sungai, infrastruktur dan pemukiman yang terancam. Survey lapangan dilakukan untuk mendapat detail data dan pengukuran yang dianggap perlu berbasis peta remote sensing dan peta watershed tadi.

Data volume limpasan lahar dingin dan frekuensi terjadinya dalam periode waktu juga harus dikumpulkan. Ini salah satu kelemahan kita, adalah kurang lengkapnya pencatatan peristiwa banjir lahar dingin yg biasanya terjadi ketika curah hujan tinggi. Namun, kita biasanya hanya merekam peristiwa lahar dingin ketika menimbulkan korban jiwa atau kerusakan infrastruktur. Dari data tersebut, pemodelan aliran lahar dingin dapat dibuat. Berbagai skenario dimana input parameter berupa curah hujan, volume limpasan, menghasilkan prediksi luasan area yang terkena limpasan lahar dingin, kecepatan aliran, dan tebal lumpur yang melimpas.
Dari berbagai peta, data, dan model, risk analysis dapat dibuat. Potensi bahaya dan akibatnya dapat diprediksi. Lalu, alternatif antisipasinya bisa direncanakan.  Ada dua strategi mitigasi yang bisa dibuat untuk mengurangi dampat merusak dari lahar dingin Gamalama. Pertama, upaya mengurangi kejadian dari banjir lahar dingin dan kedua adalah mengurangi dampak merusak jikalau banjir lahar dingin terjadi. Olehnya itu, beberapa langkah sebaiknya dilakukan berupa: tata ruang yang tepat dengan mengindahkan zonasi bahaya Gamalama yg sudah ada, pembangunan sistem peringatan dini akan lahar dingin, pengaturan pengelolaan daerah aliran sungai, dan pembangunan struktur pengatur limpasan lahar dingin.

Sistem zonasi sudah ada, dan kalau perlu dikaji ulang berdasarkan data terbaru. Daerah yang boleh dan terlarang untuk didiami haruslah dikuatkan secara hukum. Sistem peringatan dini terdiri dari sistem peringatan pra bencana dimana sistem harus bisa mendeteksi deformasi dari material vulkanik yang mengarah ke instabilitas. Kemudian sistem peringatan pada saat bencana, ketika aliran lahar dingin benar-benar terjadi. Dan terakhir sistem peringatan pasca bencana, misalnya adanya peringatan ketika ada jembatan yg rubuh terkena limpasan lahar dingin. Sistem ini harus dibangun oleh mereka yang berkompeten dan ahli, serta sistem ini harus dijamin utk tidak mengalami kerusakan .

Mengenai struktur pengendali lahar dingin, ada beberapa struktur yang dimungkinkan untuk dibangun, diantaranya: debris basin, debris barrier, deflection berm, dan channeling. Debris basin untuk membendung dan mengendapkan lahar dingin, sedangkan debris barrier untuk membendung material lahar yang besar seperti bongkahan batu, sedangkan material lahar yang halus dialirkan. Deflection berm merupakan saluran untuk mengalihkan limpasan lahar dingin dari sebelumnya mengancam infrastruktur/struktur ke areal lain yang disiapkan sebagai penampung. Sedangkan channeling dibuat untuk mengalirakn lahar dingin untuk tidak keluar mengenai areal yang dilindungi.

Berikut gambar struktur pengendali banjir lahar dingin (sumber:jsce).


Sejarah Letusan Gunung Gamalama Dari Tahun ke Tahun

Sejarah letusan yang tercatat mulai tahun 1538 hingga tahun 2003. Tahun letusan dan interval setiap letusan Gunung Gamalama adalah sebagai berikut :

 Tahun Letusan
Interval Letusan
Keterangan
1538
Â
Letusan pertama yang dikenal
1551
13
Letusan dari Kawah Utama
1552
1
sda
1561
9
Letusan samping
1605
44
Letusan dari Kawah Utama
1608
3
sda
1635
17
sda
1643
8
Â
1648
5
Â
1653
5
Letusan efusif, leleran lava
1659
6
Letusan dari Kawah Utama
(2)
(3)
(4)
1673
14
sda, jatuh korban jiwa
1676
3
sda
1686
10
sda
1687
1
Aliran lava ke barat
1737
50
sda
1739
2
sda
1763
24
sda
1770
7
Letusan dari Kawah Utama
1772
1
Aliran lava, 40 org korban
1773
1
sda
1774
1
Aliran lava ke timur
1775
1
Pada 5 - 7 September 1775 terbentuk sebuah maar di sekitar Desa Soela Takomi, atau 1,5 km sebelah baratdaya dari Desa Takomi sekarang. Gogarten (1918) menyatakan bahwa terbentuknya lobang yang kemudian dikenal dengan Tolire Jaha (Lobang Besar) tersebut didahului dengan gempabumi tektonik berskala besar kemudian diikuti letusan freatik yang dahsyat pada 5 September. Letusan berikutnya berlangsung kembali pada 7 September dan ketika penduduk sekitarnya datang melihat apa yang terjadi, ternyata Desa Soela Takomi sudah tidak ditemukan lagi Yang mereka temukan adalah sebuah kawah bergaris tengah 700 m (bagian atas) dan 350 m bagian dasar sedalam antara 40 - 50 m serta ke 141 orang penduduknya ikut hilang ditelan bumi. Demikian besarnya danau maar tersebut sehingga banyak penulis berpendapat bahwa terbentuknya akibat amblasan tanah (land subsidence) akibat gempabumi.
 Tetapi, S. Bronto dkk. (1982) mengatakan, bahwa terbentuknya maar tersebut akibat letusan freatik yang dipicu oleh gempa tektonik berskala besar kemudian terjadi assosiasi dengan intrusi magma dengan airtanah di bawah Soela Takomi. pada saat gempabumi, terbentuk rekahan dan menyusupnya air tanah dan terjadi kontak dengan heat front mengakibatkan letusan freatik (analisa penulis).
1811
36
Â
1812
1
Â
1814
2
Â
1821
7
Â
1824
3
Â
1831
7
Letusan dari Kawah Utama
1833
2
sda
1835
2
sda
1838
3
sda, 2 org. luka
1839
1
Aliran lava ke utara
1840
1
sda
1841
1
Letusan dari Kawah Utama
1842
1
sda
1843
1
Aliran lava ke utara
1844
1
sda
1847
3
sda
1849
2
Letusan dari Kawah Utama
1850
1
sda
1858
8
sda
1859
1
sda
1860
1
sda
1863
3
sda
1864
1
Aliran lava ke baratlaut
1868
4
Letusan dari Kawah Utama
1871
3
Aliran lava ke baratlaut, 1 luka dan 1 meninggal
1884
13
Letusan dari Kawah Utama
1895
9
sda
1896
1
sda
1897
1
sda
1898
1
sda
1900
2
sda
1907
7
Aliran lava ke timurlaut (Bt. Angus)
1911
4
Letusan dari Kawah Utama
1938
29
sda
1962
24
Letusan dari Kawah Utama
(2)
(3)
(4)
1980
18
Letusan dari Kw.Utama dan Kw Baru
1983
3
Letusan dari Kawah Utama
1988
5
sda
1990
2
sda
1991
1
sda
1993
1
sda
1994
1
sda, magmatik 1 X, freatik 3 X
2003
9
Letusan abu dari Kawah Utama


sumber : 
https://daenggassing.wordpress.com/2012/06/19/mitigasi-bencana-lahar-dingin-gamalama/
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/500-piek-van-ternate?start=1