Minggu, 29 Agustus 2010

Teknik Pembuatan kompos sederhana II

 Lanjutan Teknik Pembuatan kompos sederhana I

Standarisasi Pembuatan Kompos

Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan, sedangkan proses pengolahan kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan perbandingan C dan N bahan baku, maka untuk menentukan standarisasi kompos adalah dengan membuat standarisasi proses pembuatan kompos serta standarisasi bahan baku kompos, sehingga diperoleh kompos yang memiliki standar tertentu. 
Setelah standar campuran bahan baku kompos dapat dipenuhi yaitu kelembaban ideal 50 – 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan baku 30 : 1, masih terdapat hal lain yang harus sangat diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan pengawasan terhadap:
  1. Temperatur
  2. Kelembaban
  3. Odor atau Aroma, dan
  4. pH
Pengamatan Temperatur

Temperatur adalah salah satu indikator kunci di dalam pembuatan kompos.  Apakah panasnya naik ?  Sampai temperatur berapa panas yang dapat dicapai ?  Dalam berapa lama panas tersebut dapat dicapai ?  Berapa lama panas tersebut dapat berlangsung ?  Apa arti dari keadaan-keadaan tersebut ? Campuran bahan-bahan seperti apa yang dapat mempengaruhi profil temperatur ?
Panas ditimbulkan sebagai suatu hasil sampingan  proses yang dilakukan oleh mikroba untuk mengurai bahan organik.  Temperatur ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik sistim pengomposan ini bekerja,  disamping itu juga dapat diketahui sejauh mana dekomposisi telah berjalan.  Sebagai ilustrasi,  jika kompos naik sampai temperatur 40°C – 50°C, maka dapat disimpulkan bahwa campuran bahan baku kompos cukup mengandung bahan Nitrogen dan Carbon  dan cukup mengandung air (kelembabannya cukup) untuk menunjang pertumbuhan microorganisme.  Pengamatan temperatur harus dilakukan dengan menggunakan alat uji temperatur yang  dapat mencapai jauh ke dalam tumpukan kompos.  Tunggu sampai beberapa saat sampai temperatur stabil. Kemudian lakukan lagi di  tempat yang berbeda.   Lakukanlah pengamatan tersebut di beberapa lokasi, termasuk pada berbagai kedalaman dari tumpukkan kompos.  Kompos dapat memiliki kantong-kantong  yang lebih panas dan ada kantong-kantong yang dingin.  Semuanya sangat bergantung kepada kandungan uap air (kelembaban) dan komposisi kimia bahan baku kompos.  Maka akan diperoleh peta gradient temperatur.  Dengan menggambarkan grafik temperatur dan lokasi-lokasinya sejalan dengan bertambahnya waktu, maka dapat dijelaskan:
  1. Sudah berapa jauh proses dekomposisi berjalan
  2. Seberapa baik komposisi campuran bahan baku tersebut
  3. Seberapa rata campuran tersebut dan  dibagian mana campuran tidak rata
  4. Dibagian mana sirkulasi udara berjalan normal dan dibagian mana kurang normal.
Dari informasi  diatas, maka dapat diambil keputusan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil akhir dan memperoleh kompos dengan kualitas yang diinginkan. 
Pada proses komposting yang baik, maka temperatur 40°C  – 50 0C dapat dicapai dalam 2 – 3 hari.  Kemudian dalam beberapa hari berikutnya temperatur akan meningkat sampai bahan baku yang didekomposisi oleh mikroorganisme habis. Dari situ barulah temperatur akan turun. 
Dari beberapa kali proses pembuatan kompos dengan sistim Windrow, dengan memakai campuran bahan baku kompos terdiri dari kotoran sapi, kotoran ayam, kotoran kambing, dedak dan jerami,  perubahan temperatur mencapai 40°C – 50 °C dapat dicapai dalam waktu 3 (tiga) hari.  Oleh karena itu pembalikan kompos dilakukan pada hari ke 4 (empat). 
Setelah pembalikan pertama temperatur akan turun, lalu naik lagi sampai mencapai 55°C – 60°C pada hari ke 6. Oleh karena itu dilakukan lagi pembalikan ke dua pada hari ke 6 (enam) atau 3 hari setelah pembalikan pertama, setelah pembalikkan temperatur akan turun dan naik lagi sampai 55°C – 60°C pada hari ke 9 (sembilan).  Pada hari ke 9 (sembilan) ini atau 3 hari setalah pembalikkan ke dua dilakukan lagi pembalikan ke 3 (tiga). 
Apabila komposisi campuran bahan baku tepat, temperatur akan stabil sampai hari ke 12 (dua belas) dan seterusnya, untuk kemudian turun dan stabil pada temperatur tertentu.
Pada hari ke 14 tumpukan kompos dapat mulai dibuka untuk didinginkan dan kemudian selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengepakan.

Pengamatan Kelembaban

Pembuatan kompos akan berlangsung dengan baik pada satu keadaan campuran bahan baku kompos yang memiliki kadar uap air antara 40 – 60  persen dari beratnya.  Pada keadaan level uap air yang lebih rendah, aktivitas mikroorganisme akan terhambat atau berhenti sama sekali.  Pada keadaan level  kelembaban yang lebih tinggi, maka prosesnya kemungkinan akan anerobik, yang akan menyebabkan timbulnya bau busuk.
Ketika bahan baku kompos dipilih untuk kemudian dicampur, kadar uap air dapat diukur atau diperkirakan. Setelah proses pembuatan kompos berlangsung, pengukuran kelembaban tidak perlu diulangi,  tetapi dapat langsung diamati tingkat kecukupan kandungan uap air tersebut.
Apabila proses pembuatan kompos sedang berjalan, lalu kemudian muncul bau busuk, sudah dapat dipastikan kompos mengandung kadar air berlebihan.  Kelebihan uap air ini telah mengisi ruang pori, sehingga menghalangi diffusi  oksigen melalui bahan-bahan kompos tersebut. Inilah yang membuat keadaan  menjadi anaerobik. Pencampuran bahan baku dengan potongan 4 – 10 cm, seperti bahan jerami, potongan kayu, kertas karton, serbuk gergaji dll dapat mengurangi permasalahan ini.
Apabila melakukan pembuatan kompos dengan memakai sistim aerated static pile ataupun sistim in Vessel, berhati-hatilah dalam menambahkan udara (oksigen), jangan sampai menyebabkan kompos menjadi kering .  Indikasinya adalah perhatikan temperatur, jika temperatur menurun lebih cepat dari biasanya, maka ada kemungkinan kompos terlalu kering.

Pengamatan Odor / Aroma

Jika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal, maka tidak boleh menghasilkan bau yang menyengat (bau busuk).  Walaupun demikian dalam pembuatan kompos tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau.  Dengan memanfaatkan indra penciuman, dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi selama proses pembuatan kompos.
Sebagai gambaran, jika tercium bau amonia, patut diduga campuran bahan kompos kelebihan bahan yang mengandung unsur Nitrogen (ratio C/N terlalu rendah).  Untuk mengatasinya tambahkanlah bahan-bahan yang mengandung  C/N tinggi, misalnya berupa:
  • Potongan jerami, atau
  • Potongan kayu, atau
  • Serbuk gergaji, atau
  • Potongan kertas koran dan atau karton dll
Jika tercium bau busuk, mungkin campuran kompos terlalu banyak mengandung air.  Apabila ini terjadi, lakukanlah pembalikan (pada sistim windrow), tambahkan oksigen pada sistim Aerated Static Pile atau In Vessel.

Pengamatan pH

Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai indikator proses dekomposisi kompos. Mikroba kompos akan bekerja pada keadaan pH netral sampai sedikit masam, dengan kisaran pH antara 5.5 sampai 8.
Selama tahap awal proses dekomposisi, akan terbentuk asam-asam organik. Kondisi asam ini akan mendorong  pertumbuhan jamur dan akan mendekomposisi lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses pembuatan kompos berlangsung, asam-asam organik tersebut akan menjadi netral dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6 – 8.
Jika kondisi anaerobik berkembang  selama proses  pembuatan kompos, asam-asam organik akan menumpuk. Pemberian udara atau pembalikan kompos  akan mengurangi  kemasaman ini.  Penambahan kapur dalam proses pembuatan kompos tidak dianjurkan. Pemberian kapur (Kalsium Karbonat, CaCo3) akan menyebabkan terjadinya kehilangan nitrogen yang berubah menjadi gas Amoniak. Kehilangan ini tidak saja menyebabkan terjadinya bau, tetapi juga menimbulkan kerugian karena menyebabkan terjadinya kehilangan unsur hara yang penting, yaitu nitrogen. Nitrogen sudah barang tentu lebih baik disimpan dalam kompos untuk kemudian nanti digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya.

Ciri-Ciri Kompos Jadi

Setelah semua proses pembuatan kompos dilakukan, mulai dari pemilihan bahan, pengadaan bahan, perlakuan bahan, penyusunan bahan, pencampuran bahan, pengamatan proses, pembalikan kompos sampai dengan jadi kompos. Selanjutnya adalah pengetesan sederhana terhadap kompos. Apakah kompos yang dibuat tersebut sudah jadi dengan baik ?.  Apa saja ciri-cirinya ?

Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:
  1. Warna; warna kompos biasanya coklat kehitaman
  2. Aroma; kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan
  3. Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.
Pengujian sederhana Hasil Pengomposan

Kompos matang biasanya dilihat dari hasil uji rasio C/N. Namun uji ini harus dilakukandi laboratorium kimia. Sebenarnya ada cara yang sederhana dan mudah untuk menguji kualitas kompos, yaitu dengan uji kecambah dan uji dengan tanaman.

sample pengujian 'Perkecambahan'

Kompos diuji untuk perkecambahan biji. Biji yang digunakan adalah biji yang mudah diperoleh, mudah berkecambah, dan cepat berkecambah. Sebaiknya gunakan tanaman yang sensitif dan responsif terhadap kadungan hara kompos/tanah. Saya menggunakan biji kacang ijo untuk menguji kualitas kompos. Anda tidak harus menggunakan biji kacang ijo, boleh saja menggunakan biji-biji yang lain. Caranya sebagai berikut:
uji kompos dengan kecambah
  1. Siapkan biji kacang ijo yang akan digunakan sebagai bahan pengujian.
  2. Rendam biji tersebut dalam larutan garam. Ambil biji yang tenggelam dan buang biji yang mengampung.
  3. Siapkan tempat untuk perkecambahan. Bisa menggunakan 4 baki kecil atau kardus makanan.
  4. Baki diisi dengan:(a) kapas basah, (b) tanah top soil, (c), bahan mentah kompos, dan (d) kompos yang akan diuji. Untuk point c dan d dapat diganti dengan cotnoh-contoh kompos yang lain.
  5. Letakkan kurang lebih 20 biji kacang ijo di setiap tempat tersebut.
  6. Tutup tempat dengan platik wrap atau bahan transparan lainnya.
  7. Biarkan di tempat teduh selama 2 hari.
  8. Hitung jumlah biji yang berkecambah di hari kedua
Hitung indek perkecambahannya: (jumlah biji berkecambah pada contoh kompos)/(jumla biji berkecambah pada tanah)
uji perkecambahan 1
Kecambah di kapas basah
uji perkecambahan 2
Kecambah di tanah top soil
Uji perkecambahan 3
Kecambah di bahan baku kompos
Uji perkecambahan 4
Kecambah di kompos matang

Kompos yang berkualitas bagus adalah kompos yang indek perkecambahannya mendekati atau lebih besar dari 1. Misalnya: 0,75. Jika kurang dari itu, atau nilanya rendah berarti kompos tersebut belum cukup matang.

Uji Tanaman

Pengujian ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada Uji Perkecambahan. Tetapi uji ini dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Tanaman yang digunakan untuk pengujian adalah tanaman-tanaman hortikultura yang mudah tumbuh dan mudah diperoleh, dan murah. Anda bisa menggunakan caysim, kangkung, cabe, tomat, atau yang lainnya. Caranya sebagai berikut:
  1. Siapkan tanah dan kompos yang akan diuji. Untuk tanah gunakan tanah-tanah marjinal atau tanah yang miskin hara atau tanah sub soil.
  2. Masukkan tanah ke dalam polybag. Ukuran polybag tergantung pada jenis tanaman yang digunakan.
  3. Campurkan tanah marjinal dengan sampel kompos dengan perbandingan 6 : 4, yaitu 6 bagian tanah di campur dengan 4 bagian kompos. Masukkan campuran tanah-kompos ini ke dalam polybag yang berukuran sama dengan langkah sebelumnya
  4. Tanam biji-biji tanaman uji ke dalam polybag tersebut.
  5. Amati pertumbuhan tanaman dalam selang waktu tertentu. Misalnya: setiap minggu, dua minggu, atau setiap bulan. Tergantung jenis tanamannya.
uji perkecambahan 1
Tanaman yang tumbuh di tanah marjinal (sub soil)
Uji tanaman 2
Tanaman yang tumbuh di kompos yang kurang matang.
uji tanaman 3
Tanaman yang tumbuh di kompos yang matang. Secara visual dengan metode ini sudah bisa diketahui mana kompos yang matang dan kompos yang kurang matang. Dapat juga Anda membandingkan bobot basah dan bobot kering dari setiap tanaman uji tersebut dan mengujinya dengan prosedur statistik.

Penyimpanan Kompos

 
Kompos apabila sudah jadi, sebaiknya disimpan sampai 1 atau 2 bulan untuk mengurangi unsur beracun, walaupun penyimpanan ini akan menyebabkan terjadinya sedikit kehilangan unsur yang diperlukan seperti Nitrogen. Tetapi secara umum kompos yang disimpan dahulu lebih baik. Penyimpanan kompos harus dilakukan dengan hati-hati, terutama yang harus dijaga adalah:
  1. Jaga kelembabannya jangan sampai  <  20 persen dari bobotnya
  2. Jaga jangan sampai kena sinar matahari lansung (ditutup)
  3. Jaga jangan sampai kena air / hujan secara langsung (ditutup)
  4. Apabila akan dikemas, pilih bahan kemasan yang kedap udara dan tidak mudah rusak. Bahan kemasan tidak tembus cahaya matahari lebih baik.
Kompos merupakan bahan yang apabila berubah, tidak dapat kembali ke keadaan semula (Ireversible). Apabila kompos mengering, unsur hara yang terkandung didalamnya akan ikut hilang bersama dengan air dan apabila kompos ditambahkan air kembali maka unsur hara yang hilang tadi tidak dapat kembali lagi. Demikian juga dengan pengaruh air hujan. Apabila kompos kehujanan, unsur hara akan larut dan terbawa air hujan.
Kemasan kompos sebaiknya bahan yang kedap adalah untuk menghindarkan kehilangan kandungan air. Kemasan yang baik membuat Kompos mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun.

Keunggulan dan Kekurangan Kompos

Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimi (anorganik).
Kekurangan
  1. Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
  2. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.
  3. Dalam jangka  pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian pupuk organik  yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.
Keunggulan
  1. Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik).
  2. Pupuk organik mengandung asam - asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic, hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
  3. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.
  4. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
  5. Menjadi penyangga pH tanah.
  6. Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
  7. Membantu menjaga kelembaban tanah
  8. Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun
  9. Tidak merusak lingkungan. 

Selamat berkreasi dengan sampah disekitar anda, jadikan kreatifitas anda bagian dari save the world
Sumber : http://manglayang.blogsome.com , wikipedia.co.id , isroi.wordpress.com 

1 komentar:

  1. ga ribet ya ternyata.. cuma bahan campurannya klo di ternate beli dimana??

    BalasHapus

Tanggapan anda